Dewasa ini perkembangan teknologi telah bisa kita rasakan secara bersama. salah satu kemajuan teknologi di bidang teknologi komunikasi. Perkembangan teknologi yang semakin pesat
khususnya dalam bidang telekomunikasi mendorong berbagai operator
provider untuk mengembangkan kualitas jaringan mereka. Salah satu cara
yang mereka lakukan guna tercapainya kualitas jaringan yang bagus dalam
bidang komunikasi adalah dengan cara memperbanyak jumlah bts atau
masyarakat kerap menyebutnya dengan tower seluler dan ada juga yang
menyebutnya dengan nama tower pemancar sinyal. tapi sebagian dari kita belum mengetahui dampak radiasi dari tower-tower seluler yang mungkin berada disekitar lingkungan kita.
Berikut dampak menara telekomunikasi terhadap kesehatan.
Medan gelombang radio elektromagnetik yang dipancarkan dari menara
telekomunikasi mempunyai pengaruh terhadap status kesehatan manusia baik
fisik maupun psikis (Hardjono dan Qadrijati, 2004). Beberapa penelitian
menunjukkan:
- Dampak Terhadap Binatang
Penelitian dengan binatang kecil yang terpapar medan listrik sampai
100 kV/m menyatakan pengaruh pada komponen sistem saraf pusat. Hasil
dari penelitian perilaku mennyatakan bahwa sistem saraf dapat
dipengaruhi oleh medan listrik ELF (Soesanto, 1996). Beberapa penelitian
menunjukkan adanya pengaruh medan listrik atau medan magnet terhadap
fungsi reproduksi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa selain
menghambat pertumbuhan dan meningkatkan jumlah kematian pada keturunan
yang dihasilkan, ternyata medan listrik juga menyebabkan produksi telur
menurun secara nyata (Yurnadi, 2000),
Gambar 1. BTS dan Hewan
Penelitian menggunakan medan listrik statis memberikan pemajanan pada
tikus jantan dan terlihat bahwa pada tingkat pancaran 6 kV/10cm dan
7kV/10cm selama 1 jam per hari, 30 hari terus menerus, menimbulkan
penyusutan berat testis, kerusakan sel tubulus seminiferus dan
terjadinya kelainan kongenital pada anak seperti mikroftalmia, bulu
kasar di sekitar kepala, penyempitan gelang panggul dan kelainan
preputium like-testis (Mansyur, 1998), selain itu menghambat proses
spermatogenesis mencit (Qadrijati dan Puspita, 2007).
Berdasarkan penelitian oleh Marino, et al. Tahun 1976 dalam Yunardi
(2000), pancaran gelombang elektromagnetik dapat menyebabkan, penurunan
berat badan dan meningkatnya laju kematian pada keturunan tikus kenaikan
berat badan tikus (Somer, 2004), penurunan jumlah telur dan berat
testis pada tikus (Yunardi, 2000), peningkatan stres oksidatif pada
telur ayam, burung laut, dan eritrosit manusia (Torres-duran, et al.,
2007). Hasil penelitian mengenai pengaruh medan ELF pada kompetensi
kekebalan pada binatang tampaknya negatif (Soesanto, 1996).
Tetapi di lain pihak pancaran tunggal dari gelombang elektromagnetik
frekuensi ekstrim rendah (ELF-EMF) (60 Hz, 20 mT) dalam jangka waktu 2
jam dapat meningkatkan kadar serum HDL-C, kandungan lipoperoksidase pada
hati dan menurunkan kadar kolesterol total pada hati (Torres-Durran,
2007). Tetapi penelitian Qadrijati dan Indrayana (2008) menunjukkan
bahwa pancaran gelombang elektromagnetik frekuensi ekstrim rendah
(ELF-EMF) (50 Hz, 2,4 mT) selama 2 jam dapat memberikan pengaruh berupa
penurunan kadar HDL-C dan kolesterol pada serum tikus. Perubahan tebesar
terjadi 24 jam setelah pancaran, meskipun secara uji statistik tidak
ada perbedaan bermakna. Mekanisme penurunan kadar kolesterol dan HDL-C
dimungkinkan akibat dari stres fisik yang diakibatkan pembentukkan
radikal bebas yang dapat merusak atau menurunkan aktivitas enzim
metabolisme lipid di hati, tetapi mekanisme secara pasti pengaruh
elektromagnetik terhadap metabolisme lipid masih memerlukan penelitian
lebih lanjut.
Pancaran radiasi elektromagnet dalam jangka panjang berhubungan
dengan terjadinya peningkatan risiko kardiovaskuler akibat adanya
peningkatan yang signifikan dari kolesterol total dan kadar LDL-C (Low
Density Lipoprotein-Cholesterol) (Israel et al., 2007).
Penelitian terhadap kelinci juga menunjukkan penurunan kadar asam
lemak bebas dan trigliserida (Bellosi, 1996. Harakawa, 2004). Pada
penelitian lain yang juga kelinci didapatkan bahwa kadar kolesterol dan
trigliserida menurun secara signifikan dan kadar HDL meningkat secara
signifikan juga (Luo, 2004).
Hasil-hasil penelitian yang ada hingga kini belum dapat disimpulkan
dengan mantap karena ada yang kontroversial bila menyangkut kesehatan
masyarakat yang tingkat pancarannya relatif tidak begitu tinggi
dibandingkan dengan pancaran terhadap tenaga kerja yang berhubungan
langsung dengan sumber medan elektromagnetik (Soesanto, 1996).
Energi yang terkandung pada medan elektromagnetik terlebih pada
frekuensi ekstrim rendah, sebenarnya terlalu kecil untuk dapat
menyebabkan efek biologi, akan tetapi dengan adanya perbedaan
radiosensitivitas berbagai sel yang membentuk jaringan dan organ tubuh
dan dihubungkan dengan dosis pajanan yang mungkin diterima memungkinkan
terjadinya gangguan yang tidak diinginkan (Mansyur, 1998).
Semula gangguan kesehatan sebagai dampak radiasi medan
elektromagnetik diketahui tahun 1972, ketika para peneliti Uni Soviet
melaporkan bahwa mereka yang bekerja dibawah transmisi listrik tegangan
tinggi menderita sakit dengan gejala yang berhubungan dengan sistem
saraf seperti sakit kepala, kelelahan dan gangguan pola tidur. Namun,
studi di lingkungan kerja memberikan hasil yang lebih konsisten antara
pemaparan medan elektromagnetik dengan efek kesehatan tertentu seperti
kanker, leukimia, tumor otak dan melanoma (Anies, 2003b).
Gambar 2. BTS dan Manusia
Pada tahun 1979, Kouwenhoven dan kawan-kawan dari John Hopkins
Hospital melakukan penelitian pada 11 orang tenaga kerja yang bekerja
selama 3,5 tahun pada sistem transmisi 345 kV. Dilaporkan bahwa tidak
ditemukan gangguan kesehatan serta tidak dijumpai adanya proses
keganasan, namun dari hasil analisis sperma, ditemukan penurunan jumlah
sperma (Anies, 2003b).
Loboff menunjukkan peningkatan sintesis DNA sebesar 2,5 x 10-5 dengan
pemajanan medan elektromagnetik 15 Tesla. Penelitian Cadossi, berupa
peningkatan proliferasi limfosit diduga sejalan dengan peningkatan
sintesis DNA dan bila tidak terkendali akan mengarah pada timbulnya
keganasan (Anies, 2003b).
Penelitian pada manusia menunjukkan peningkatan 2 kali faktor risiko
terkena leukimia pada anak yang terpajan medan elektromagnetik (Ahlbom,
2004), dan faktor risiko terjadinya kanker payudara (Anies, 2003).
Selain itu juga timbul gejala yang tidak spesifik yaitu berupa gangguan
tidur, tinitus, dan gangguan kecemasan (Husss dan Roosli, 2006) atau
berupa keluhan : sakit kepala (headache), pening (dizzines), dan
keletihan menahun (chronic fatigue syndrome) (Anies, 2003)
Pada umumnya, perubahan gambar darah termasuk penyimpangan kecil dari
norma individual, tetapi nilai umumnya masih dalam norma fisiologis.
Sedangkan penelitian Qadrijati (2002) tentang pancaran SUTET pada
penduduk yang bermukim di bawahnya menunjukkan adanya perubahan jumlah
lekosit dan gambaran limfosit meskipun secara statistik tidak bermakna.
Hasil Penelitian Tentang Efek Radiasi Gelombang Radio
Dari beberapa literature hasil penelitian, ada beberapa dampak
negatif yang bisa ditimbulkan akibat radiasi yang berlebihan dari ponsel
dan menara BTS [3]:
- Risiko kanker otak pada anak-anak dan remaja meningkat 400 persen akibat penggunaan ponsel. Makin muda usia pengguna, makin besar dampak yang ditimbulkan oleh radiasi ponsel.
- Bukan hanya pada anak dan remaja, pada orang dewasa radiasi ponsel juga berbahaya. Penggunaan ponsel 30 menit/hari selama 10 tahun dapat meningkatkan risiko kanker otak dan acoustic neuroma (sejenis tumor otak yang bisa menyebabkan tuli).
- Radiasi ponsel juga berbahaya bagi kesuburan pria. Menurut penelitian, penggunaan ponsel yang berlebihan bisa menurunkan jumlah sperma hingga 30 persen.
- Frekuensi radio pada ponsel bisa menyebabkan perubahan pada DNA manusia dan membentuk radikal bebas di dalam tubuh. Radikal bebas merupakan karsinogen atau senyawa yang dapat memicu kanker.
- Frekuensi radio pada ponsel juga mempengaruhi kinerja alat-alat penunjang kehidupan (live saving gadget) seperti alat pacu jantung. Akibatnya bisa meningkatkan risiko kematian mendadak.
- Sebuah penelitian membuktikan produksi homon stres kortisol meningkat pada penggunaan ponsel dalam durasi yang panjang. Peningkatan kadar stres merupakan salah satu bentuk respons penolakan tubuh terhadap hal-hal yang membahayakan kesehatan.
- Medan elektromagnet di sekitar menara BTS dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya tubuh lebih sering mengalami reaksi alergi seperti ruam dan gatal-gatal.
- Penggunaan ponsel lebih dari 30 menit/hari selama 4 tahun bisa memicu hilang pendengaran (tuli). Radiasi ponsel yang terus menerus bisa memicu tinnitus (telinga berdenging) dan kerusakan sel rambut yang merupakan sensor audio pada organ pendengaran.
- Akibat pemakaian ponsel yang berlebihan, frekuensi radio yang digunakan (900 MHz, 1800 MHz and 2450 MHz) dapat meningkatkan temperatur di lapisan mata sehingga memicu kerusakan kornea.
- Emisi dan radiasi ponsel bisa menurunkan kekebalan tubuh karena mengurangi produksi melatonin. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat mempengaruhi kesehatan tulang dan persendian serta memicu rematik.
- Risiko kanker di kelenjar air ludah meningkat akibat penggunaan ponsel secara berlebihan.
- Medan magnetik di sekitar ponsel yang menyala bisa memicu kerusakan sistem syaraf yang berdampak pada gangguan tidur. Dalam jangka panjang kerusakan itu dapat mempercepat kepikunan.
- Medan elektromagnetik di sekitar BTS juga berdampak pada lingkungan hidup. Burung dan lebah menjadi sering mengalami disorientasi atau kehilangan arah sehingga mudah stres karena tidak bisa menemukan arah pulang menuju ke sarang.
Berdasar penelitian WHO dan Fakultas Teknik UGM, pada pancaran gelombang dari BTS tidak terdapat radiasi yang membahayakan kesehatan manusia.
Level batas radiasi yang diperbolehkan menurut standar yang dikeluarkan
WHO (World Health Organization) masing-masing 4,5 Watt/m2 untuk
perangkat yang menggunakan frekuensi 900 MHz dan 9 Watt/m2 untuk 1.800
MHz. Sementara itu, standar yang dikeluarkan IEEE C95.1-1991 malah lebih
tinggi lagi, yakni 6 Watt/m2 untuk frekuensi 900 MHz dan 12 watt/m2
untuk perangkat berfrekuensi 1.800 MHz.
Umumnya, radiasi yang dihasilkan perangkat-perangkat yang digunakan
operator seluler tidak saja di Indonesia, tapi juga seluruh dunia, masih
jauh di bawah ambang batas standar sehingga relatif aman.Sejauh ini
protes dan kekhawatir masyarakat terhadap dampak radiasi gelombang
elektromagnetik yang dihasilkan perangkat telekomunikasi seluler lebih
banyak datang dari mereka yang tinggal di sekitar tower BTS (base
transceiver station).
Demikianlah sedikit wawasan dan informasi mengenai Bahaya Tower BTS untuk kesehatan yang bisa mimin kasi kali ini. semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita mengenai Tower telekomunikasi / BTS / seluler.
No comments:
Post a Comment